BumiSholawat

BumiSholawat

Sebuah Coretan Hitam Putih Putra Lamongan

Lapax Theme
MagaZimple Theme
Username dan Password ESET NOD32 Antivirus 08 November 2012

Diposting oleh On 21.29 with No comments

Selamat malam sobat blogger BS 'bumi sholawat' :) , kali ini saya mau berbagi Username dan Password untuk Antivirus ESET NOD32 08 November 2012, semua sudah pasti. dijamin!!! silahkan dicomot....


Berikut Username dan Password EST NOD32 08 November 2012 :

=====================
=====================
Selamat Menjalankan semoga berhasil

Al Muqtashidah "Bendera Cinta"

Diposting oleh On 15.08 with No comments

New Al Muqtashidah yang diluncurkan pada Bulan Januari 2009 lalu. Dengan Album Bendera cinta ini. Vokal dengan Muh. Ridwan, Abdul Hamid, Abdul Qodir, Iqbal Hidayatullah, Mas'ud, As'ad, dan As'ad Azizi Falaqi.

 Adapun Lagu yang dibawakan ada 10 Sholawat yang agak asing buat pemula belajar sholawat. berikut ini Untuk Download Mp3 Gratisnya ada di link dibawah ini :

1. Madza Aquulu.mp3 - Download
2. Anal Islam.mp3 - DOwnload
3. Illa Rasulallah.mp3 - Download
4. Man 'Allaman.mp3 - Download
5. Janatul Abidin.mp3 - Download
6. An-nabi Shollu 'Alaih.mp3 - Download
7. Royatul Hubbi.mp3 - Download
8. Washfun Nabi.mp3 - Download
9. Khoiro Kholqillah.mp3 - Download
10. 'Aroftuka.mp3 - Download
Al Muqtasidah "Mari Bersholawat dan Berdoa"

Diposting oleh On 13.57 with 2 comments


Album sholawat ini merupakan album perdana dari Al Muqtashidah Group suatu group sholawat dari Pondok pesantren Langitan tuban. Album ini sangat menajubkan saat lounchingnya. hampir seluruh penjuru wilayah indonesia ini mengenal album sholawat. saati itu saya masih duduk dibangku kelas 3 MtsN Taraz. maka dari ini saya ingin menampilkan kembali album tersukses al Muqtashidah ini. Ada 6 lagu sholawat yang dihadirkan dalam album ini
berikut ini adalah daftar lagu dan link downoad nya :

1. WULIDAL MUSYARROF.mp3 - Download
2. YA RASULALLAH YA NABI.mp3  - Download
3. SALAMUN SALAMUN.mp3  - Download
4. AL QOLBUL MUTAYYAM.mp3  - Download
5. SHOHIBUS SYAFA'AH.mp3  - Download
6. DO'AUT THOLABAH.mp3  - Download


Selamat menikmati :) Jangan lupa berkomen
Almuqtasidah Group "Aku Berselimutkan Debu"

Diposting oleh On 19.44 with No comments

Album Sholawat "Aku berselimutkan Debu" ini dikeluarkan oleh group sholawat Al Muqtashidah. Album ini merupakan album terbaru mereka ditahun 2010 ini. Group sholawat Al Muqtashidah ini berasal dari Pondok Pesantren Langitan, Tuban sehingga kental dengan nuansa islami, baik lirik, costum, maupun cover albumnya.

Ada 8 lagu sholawat dalam album ini dan yang paling berkesan menurut penulis situs ini adalah lagu Farsyi Turob, meskipun begitu keseluruhan lagu yang ditampilkan semuanya bagus-bagus. Berikut ini daftar lagu sholawatnya beserta link Download MP3 gratisnya :

1. Farsyi Turob - Download
2. Fima Takhalluf -
Download 
3. Allah ma'ana - Download
4. Akhi - DOwnload
5. Uhdi Tahayyati - Download
6. Sholla Ilahu Wasalla - Download
7. Shollu 'ala Nur - DOwnload
8. Qolbi Yunadi - DOwnload

Demikian informasi album sholawat ini, semoga bermanfaat,
Selamat menikmati lantunan sholawat maupun qosidah ini
Al Muqtasidah v.4 "Orang Kuat"

Diposting oleh On 19.24 with 1 comment

Alhamdulillah, di malam hari ini, saya masih diberikan rahmat untuk selalu bersholawat pada kekasih, yang termulia Rosulullah. Sekilas album ini sebagai berikut... Album ‘Rojulun Syadid’ yang artinya ‘Orang Kuat’ merupakan album ke-empat dari Al-Muqtashida Langitan bernuasa modern dan syahdu.. album sholawat ini termasuk langka yang beredar kira-kira tahun 2000an, bahkan ditahun ini 2012 tidak kami jumpai. Maka dari ini kami angkat kembali agar album ini tidak punah dan selalu ada. Berikut daftar qosidah/ sholawat yang ada didalam album ini.








01. Tarohabna (Kamaluddin & Wahyu)
Klik disini
02. Qod Madlo (Kamaluddin)
Klik disini
03. Fii Sulaima (Ainur Rofiq)
Klik disini
04. Rojulun Syadid (Kamaluddin)
Klik disini
05. Maji’u Muhammad (Sya’roni)
Klik disini
06. Hal Fiddunya (Sya’roni)
Klik disini
07. Nadamah (Kamaluddin)
Klik disini
08. Do’aut Tholabah 4 (Wahyu)
Klik disini 


Selamat menikmati lantunan sholawat maupun qosidah ini
AL Muqtasidah " Suara Hati "

Diposting oleh On 14.36 with No comments

Album Sholawat ini bukanlah album sholawat yang baru, namun sudah dari tahun 2003. Album ini berasal dari Group Sholawat Al Muqtashidah pondok pesantren Langitan.

Berikut ini daftar lagu dan link downloadnya :
1 Ya Robbi Antal Haadi - Download
2 Buduwwush Shobah - Download
3 Madaaihuna  - DOwnload
4 Khoirul Bariyah  - Download
5 shautudl Dlomir  - Download
6 Al Aqlu  - Download
7 Hubbu Ahmadi  - Download
8 Do'a'ut Tholabah - Download
9 Wulidal Musyarrof - Download
10. Marhaban Yaa Romadhon - Download


Selamat Mendengarkan, Jangan Lupa Komentarnya
Al Muqtasidah "Arti Hidup"

Diposting oleh On 14.32 with No comments

Album Sholawat Arti Hidup ini merupakan Album lama dari Al Muqtashidah - Langitan. Namun begitu Album Sholawat masih diburu oleh para pencinta sholawat khususnya penggemar Sholawat dari Pondok Pesantren Langitan - Tuban. Berikut ini Daftar lagu dan Link Downloadnya :

1. Sholawat Al Yamaniyah.mp3 - Download

2. Ma'nal Hayah.mp3 - Download
3. Ya Uhailalhub.mp3  - Download 
4. Thoba'atka.mp3 - Download 
5. Muhasabatun Nabi.mp3 - Download
6. Anta.mp3 - Download 

7. Daut Tholabah 3.mp3 - Download
8. Habli Hudaya.mp3  - Download
9. Assalamu 'alaik.mp3 - Download


Selamat mendengarkan dan jangan lupa komentarnya :)
Legenda Asal Usul Gajah Mada dari Lamongan Part III

Diposting oleh On 01.01 with 2 comments

Foto : Lokasi area makam Dewi Andong Sari

Tak lama setelah peristiwa itu, Dewi Andongsari pun meninggal. Oleh warga desa Cancing jenazahnya dimakamkan di bukit tersebut, tak jauh dari kuburan kucing kesayangannya. Bayi Gajah
Mada sendiri kemudian diambil oleh Ki Gede Sidowayah. Ki Gede Sidowayah tidak mempunyai istri. Dia merasa kasihan dan khawatir bayi tersebut tidak terurus dengan baik. Oleh karena itu, bayi tersebut diserahkan pada adik perempuannya (janda Wara Wuri) yang tinggal di desa Modo. Bayi laki-laki tersebut tumbuh sehat dan cerdas yang kemudian dipanggil dengan nama Joko Modo (pemuda dari Modo).
Seperti pemuda desa pada umumnya, Joko Modo pun ikut bekerja
membantu orang tua angkatnya yaitu sebagai pengembala kerbau. Karena kecakapanya Joko Modo oleh sesama teman penggembala dianggap sebagai pemimpin. Meskipun hanya sebagai pemimpin sekelompok anak gembala, ternyata bakat kepemimpinannya mulai nampak. Untuk memudahkan mengawasi kerbau-kerbau yang  sedang digembala tersebut, Joko Modo dan kawan-kawan gembala lainnya naik di atas bukit kecil sehingga jarak pandangnya menjadi jauh dan luas. Bukit tersebut sampai sekarang masih ada dan oleh masyarakat setempat dinamakan Sitinggil (Siti= tanah, Inggil= tinggi) artinya tanah yang tinggi.
Pada saat Joko Modo diatas bukit sambil mengawasi kerbau-kerbaunya itu tidak sengaja ia pun kadang-kadang melihat iring-iringan prajurit Majapahit menuju Tuban atau sebaliknya dari Tuban menuju majapahit. Hal ini terjadi karena letak Modo
memang berada diantara Majapahit dan Tuban. Dari seringnya melihat iring-iringan prajurit Majapahit yang gagah-gagah tersebut membuat hati Joko Modo tertarik, kelak suatu saat ia ingin menjadi prajurit Majapahit juga.

Ki Gede Sidowayah sendiri diberi hadiah tanah perdikan di Songgoriti Malang. Hadiah tersebut nampaknya sebagai penghargaan pada Ki Gede yang diam-diam berhasil menyelamatkan Dewi Andongsari dan memelihara bayinya. Ki Gede Sidowayah tidak lupa mengajak pula Joko Modo ke Songgoriti, dengan
pertimbangan agar jiwa, sikap, serta cara berpikir Joko Modo yang cerdas dan cakap bisa berkembang dengan baik. Hal ini dimungkinkan karena Songgoriti daerahnya lebih subur dan makmur jika dibandingkan dengan Modo atau Ngimbang Lamongan yang letaknya jauh di dalam lebatnya hutan belantara. Karena kecakapan dan kepandaiannya tersebut dan didukung oleh pengaruh Ayah angkatnya yaitu Ki Gede Sidowayah maka Joko Modo akhirnya tercapai cita-citanya yaitu menjadi prajurit Majapahit, yang kelak Kemudian kariernya terus menanjak sehingga menjadi Patih Gajah Mada, seorang tokoh besar di Kerajaan Majapahit. 

Berikut ini analisa seputar Legenda Gajah Mada dari Lamongan:
1. Peristiwa penculikan Dewi Andong sari dari Keraton Majapahit (1299 M)
Adanya peristiwa rencana pembunuhan terhadap istri Selir Raden Wijaya yang sedang mengandung yaitu Dewi Andong Sari sangat mungkin terjadi atas kehendak Putri Indreswari yaitu Dara Petak yang berasal dari Melayu. 
Dara Petak adalah Putri Melayu yang datang ke Majapahit bukan atas kehendak sendiri, melainkan dibawa oleh Kebo Anabang (Pemimpin ekspedisi Pamalayu) sebagai putri rampasan sebab negerinya ditaklukkan
oleh Singosari / Majapahit. Ketika ia diperistri oleh Raden Wijaya tentu bukan bukan atas dasar cinta tapi karena terpaksa karena itu punya gagasan dalam hati yaitu Melayu bisa tunduk pada Majapahit tapi keturunan Melayu yaitu anaknya suatu saat harus jadi Raja Majapahit. Ketika ia melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Kalagemet (Jayanegara) tahun 1294 M. Ia sangat senang, sebab kedua anak Raden
Wijaya permaisuri yang lain semuanya wanita, yaitu : Diyah Tribhuana Tungga Dewi dan Diyah Wiyat Sri Raja Dewi. Dengan demikian cita-citanya pasti terwujud, sebab sepeninggal Raden Wijaya tahta Kerajaan pasti jatuh ke tangan anaknya.

Tapi perasaan gembira itu berubah jadi cemas setelah tahu istri Selir Raden Wijaya yaitu Dewi Andong Sari teryata hamil, jika nanti Dewi Andong Sari melahirkan anak laki-laki tentu akan jadi Bantu sandungan bagi cita-citanya. Karena itu sebelum Dewi Andong Sari melahirkan ia harus segera segera dilenyapkan. 

2. Ditinjau dari segi geografis
Posisi Desa Cancing, Ngimbang dengan Trowulan (pusat kerajaan Majapahit) jika ditarik garis lurus 35 km, suatu jarak yang masuk akal sebagai jalur pelarian untuk tempat sembunyinya Dewi Andong sari, apalagi
Cancing berada di dalam lebatnya hutan. Demikian juga dengan letak Modo (sekarang Kec. Modo). Diceritakan, Joko Modo sering melihat iring-iringan prajurit Majapahit menuju Tuban atau sebaliknya dari Tuban menuju Majapahit, itu sangat masuk akal sebab Modo memang terletak di antara jalur Majapahit dengan Tuban.

3. Ditinjau dari segi politik
Pada saat pemberontakan Ra Kuti (1319) Gajah Mada yang saat itu menjadi kepala pasukan Bhayangkara menyelamatkan Raja Jaya Negara dengan sembunyi di Desa Badander. Para sejarawan banyak yang menduka bahwa Badander yang dimaksud itu adalah Dander di Bojongoro, padahal tidak. Sebab ada lagi nama Desa yang namanya persis sepert yang disebut dalam Negara Kertagama yaitu Badander (buah dander) yang berada di kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Jarak antara Desa Badander dengan Cancing, Ngimbang hanya 10 km, sedang jarak Badander Trowulan 25 km, sehingga sangat mungkin yang
dimaksud Desa Badander tempat persembunyian Raja jayanegara kerena adanya pemberotakan Rakuti adalah Badander tersebut (bukan Dander Bojonegoro). Suatu kebiasaan, jika ada kerusuhan di ibu koa maka para pembesar ibu kota berusaha menyelamatan diri ke Daerah asalnya yaitu daerah dimana ia
dilahirkan dan dibesarkan. Dengan pertimbangan itu, tentu mendapat dukungan dan perlindungan dari masyarakat sekitarnya, di samping juga menguasai medan sehingga banyak membantu untuk perjuangan
berikutnya. Demikian juga halnya dengan Gajah Mada, kemungkinan besar benarya ia tidak senaja sembunyi di Desa Badander melainkan ke Desa Cancing (Ngimbang) tempat ia berasal. Tapi karena kondisinya pada saat itu tidak memungkinkan disamping letak Badander dengan Ngimbang sangat dekat apalagi adanya jaminan perlindungan dari Ki Buyut Badander, maka dipilihnya Badander sebagai tempat persembunyian sementara sambil menyusun siasat untuk merebut kembali tahta kerajaan dari pemberontak Ra Kuti.

Bersambung Part IV
Legenda Asal Usul Gajah Mada dari Lamongan PartII

Diposting oleh On 16.49 with No comments

Desa Cancing – Gunung Ratu terletak di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, berada di wilayah Kecamatan Ngimbang, Lamongan. Secara Geografis, daerah tersebut berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Mojokerto (tempat pusat kerajaan Majapahit). Saya sedikit banyak mendengar cerita rakyat tentang Gajah Mada. Beberapa diantaranya Tersingkirnya Dewi Andongsari (Ibu Gajah Mada) dari Keraton Majapahit, Peristiwa Kucing dan Ular, Tempat Joko Modo (Gajah Mada) mengembala kerbau (angon kebo), dan beberapa kisah
Foto : Tanda Petunjuk ke Gunung Ratu
 masa kecil Joko Modo. dulu, lebih dari 20 tahun yang lalu, selain menggembala sapi dan cari kayu bakar, penulis sering ikut kegiatan Pramuka. Yang paling berkesan ialah saat Penjelajahan. Sekali waktu, rute penjelajahan yaitu Desa Sekidang, Jegreg, Plapak dan Cancing (Gunung Ratu).Untuk menuju ke makam tersebut, harus melewati tangga undakan. Saat itu, saya dan beberapa teman menghitung berapa undakan yang  dilewati. Hasilnya, bervariasi.Sampai di atas, saya melihat makam Dewi Andongsari kelihatan sering diziarahi orang, nampak dari banyaknya taburan bunga. Hal yang sama juga nampak ditempat Kucing dikubur—yang ditandai dengan bongkahan batu.Menurut cerita yang beredar, situs pemakaman tersebut sering disalahgunakan, misal mencari ilmu atau juga ngalap berkah Kondisi pemakaman saat ini, jelas jauh berbeda. Lokasi tersebut sudah direhab oleh Pemkab Lamongan dan difungsikan sebagai Peninggalan Situs Bersejarah sekaligus tempat Wisata Sejarah. Setiap hari tempat tersebut dikelola dan dirawat oleh Mbah Sulaiman, seorang juru kunci dari Makam tersebut.

Menurut Mbah Sulaiman inilah bukti fisik akan keberadaan asal usul Gajah Mada. Gunung atau biasa juga disebut bukit Ratu, dulunya merupakan petilasan dari Dewi Andong Sari yang diusir dari Majapahit karena iri hati dari permaisuri Dara Petak dan Dara Jingga karena dikhawatirkan memiliki seorang putra. Di bukit inilah tempat Dewi Andongsari menjalani hari-harinya sampai akhirnya melahirkan Joko Modo (Gajah Mada).

Kisah berawal ketika pada suatu hari Desa Cancing kedatangan sekelompok prajurit Majapahit yang sedang mengiringkan istri selir Raden Wijaya yang sedang mengandung. Sekelompok prajurit tersebut mendapat tugas rahasia untuk menyingkirkan (mungkin membunuh) Dewi Andong Sari, tapi karena suatu hal Dewi Andong Sari tidak dibunuh melainkan hanya disembunyikan di desa Cancing yang terletak di dalam hutan jauh dari pusat pemerintahan majapahit (± 35 km arah barat laut dari Trowulan). Jalur desa tersebut dekat dengan jalur perjalanan Majapahit-Kadipaten Tuban.
Foto : Jalan ke gunung ratu cancing
 Saat itu, desa tersebut dipimpin oleh Ki Gede  Sidowayah yang juga mempunyai keahlian membuat senjata pusaka (Mpu). Setelah usia kandungan cukup maka lahirlah bayi laki-laki, tapi sayang Dewi Andong Sari tidak berumur panjang. Pada saat putranya masih kecil ia meninggal dunia dan dimakamkan di tempat tersembunyi yaitu di atas bukit dan di tengah rimbunnya hutan.Bukit itulah yang kemudian lebih dikenal dengan nama Gunung Ratu.

Pernah pada suatu ketika, saat Gajah Mada masih bayi, Dewi Andongsari turun dari bukit hendak mengambil air di telaga (sendang) yang terletak di bawah bukit. Gajah Mada ditinggal sendirian, hanya ditemani kucing setia milik Dewi Andongsari. Pada saat itulah seekor ular hendak mematok Gajah Mada. Kucing milik Dewi Andongsari menghalanginya sehingga terjadi perkelahian. Si kucing berhasil menggigit ular hingga mati. Beberapa saat kemudian, Dewi Andongsari datang dan langsung melihat kucing yang mulutnya penuh darah. Dewi Andongsari menyangka bahwa kucing tersebut telah menggigit Gajah Mada. Kucing itu pun kemudian dia pukul. Tapi Dewi Andongsari pun kemudian tersadar ketika tak jauh dari bayinya, terlihat bangkai ular. Dewi Andongsari menyesal bukan main, apalagi tak lama kemudian kucing itupun mati.Sampai sekarang keberadaan telaga tersebut masih ada, demikian juga dengan tempat dikuburkannya kucing tersebut.

Bersambung PartIII
Legenda Asal Usul Gajah Mada dari Lamongan

Diposting oleh On 16.47 with No comments

Tulisan ini disarikan dari berbagai sumber. Alasan penggunaan judul
‘legenda’ sendiri tak lepas dari kenyataan bahwa asal-usul Gajah Mada
(1299-1364) sampai detik ini masih simpang-siur. Sebagian besar penelusuran asal-asul Gajah Mada bersumber pada cerita rakyat (folklore) dan pengkaitan nama dengan sejarah lokalitas/etinisitas daerah tertentu. Belum ada bukti otentik yang bisa menjelaskan darimana sebenarnya Gajah Mada. Dan karena masih sebatas dari mulut ke mulut (tutur-tinular), maka subyektifitas pun tak terhindarkan dalam setiap upaya menyingkap sejarah Gajah Mada.
Tapi, demikianlah Sejarah. Akan selalu ada bagian yang dipenuhi ambiguitas dan selalu terkait dengan sudut kepentingan kekuasaan pada masa tersebut. Ada faktor-faktor yang membutuhkan legitimasi dan justifikasi pada keberlangsungan kekuasaan.
Dan, itu bisa diraih dengan pengkultusan dan senses of curiosity yang ujungnya adalah untuk mendapatkan keabsahan kekuasaan (power legitimacy) serta kebanggaan identitas sosial (the pride of social identity) pada tokoh bersangkutan.

Sejarah Indonesia, seperti halnya sejarah bangsa-bangsa lain, memiliki bab-bab yang ‘samar’ dan multi interpretasi. Dimulai dari raja-raja nusantara, zaman pergerakan, masa kemerdakaan, orde lama, orde baru hingga dekade sekarang ini, sebagian besar mempunyai babakan yang memunculkan heterogenitas opini dan bahkan kontroversi. Beberapa di antaranya sebagai contoh, ada peranan Demak dalam pengambilalihan kekuasaan imperium Majapahit. Demikian halnya dengan pembentukan dinasti Sutawijaya yang
menggerogoti Demak dan memunculkan trah Mataram. Belum lagi ditinjau dari segi sosial religi berkaitan dengan penyebaran Islam dan memudarnya kekuasaan Hindu. Pada konteks zaman pergerakan nasional, multi interpretasi terhadap latar belakang perjuangan melawan kolonialis pun beragam. Hal inilah yang
memunculkan keberagaman definisi; pejuang ataukah pemberontak, pahlawan ataukah penghianat. Sebuah contoh sederhana, sejarah perjuangan rakyat  Sulawesi Selatan. Sampai detik ini, masih sering terjadi perdebatan dalam  memandang sosok Aru Palakka (Arung Palakka) berkaitan dengan perlawanan
Sultan Hasanuddin terhadap Belanda. Di Buku Sejarah pelajaran sekolah, sebagian besar tahu bahwa Sultan Hasanuddin adalah pahlawan nasional sementara Aru Palakka bukan. Standar bakunya ialah, siapapun yang melawan Belanda, dia adalah pahlawan. Bagi sebagian orang yang paham kultur Bugis – Makassar, tidak segampang itu menarik garis dikotomi antara pahlawan dan penghianat untuk dua tokoh tersebut. Ada faktor histeriografi, etnisitas dan power politik yang ikut melatarbelakangi. Tapi, sekali lagi, itulah sejarah.
Pada dimensi tertentu, pasti melahirkan bermacam analisa dan perdebatan. Apalagi, dengan rentang waktu yang jauh ke belakang, berjarak sekian generasi. Sementara yang ‘baru-baru’ saja sering tak bisa diungkap
dengan gamblang. Beberapa pemberontakan pasca kemerdekaan, Supersemar, kasus-kasus masa reformasi, penculikan, dan serentetan peristiwa konflik horizontal, adalah contoh betapa kompleknya menyusun sebuah catatan sejarah. Meski demikian, satu hal yang pasti: sejarah adalah catatan berdasar
fakta dan keobyektifan. Kalaupun dari keobyektifan tersebut lantas melahirkan multi interpretasi dan kontroversi, sah-sah saja. Adalah wajar muncul perdebatan. Yang tak wajar ialah, jika dalam proses pengambilan kesimpulan, ada upaya rekayasa, pembelokan, bahkan penghilangan fakta sejarah. Sejarah
dicatat, demi pembentukan bangsa yang cerdas dan bukan sebaliknya: bangsa bebek.
Tulisan ini, sekali lagi, ialah legenda. Kalaupun kemudian ada langkah penelitian berkenaan legenda Gajah Mada ini, tentu sudah lain soal. Yang jelas, legenda ini hidup di masyarakat tertentu, titur-tinular dari generasi ke generasi.
Dalam perspektif ke-Indonesiaan, Gajah Mada juga tidak bisa dipandang sebagai milik wilayah, etnis, atau apalagi orang tertentu. Sosoknya yang memang pernah eksis di percaturan politik global abad ke-13, sudah
terintegral dengan sejarah nusantara, sehingga tentu saja sudah menjadi milik Indonesia. Sejarah tersebut bisa juga menjadi inspirasi di era ke-kinian dalam memajukan bangsa ini, semacam discovering in the old; revitalizing in the future.
Tulisan berikut terdiri dari dua bagian: (1) Legenda Gajah Mada dari Lamongan, (2) Beberapa Pendapat dan Dugaan lain berkaitan Asal-Usul Gajah Mada, di antaranya: Dari Sumatera, Bali, Kalimantan, NTB dan Mongol.
Beberapa referensi yang jadi sumber tulisan ini:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada
2. http://tempointeraktif.com
3. http://kaskus.us
4. http://lamongan.go.id
5. http://forumbebas.com
6. http://igardu.com
7. http://panjiwinoto.co.cc
8. http://amongraga.multiply.com
9. http://unggulsetiadi.blogspot.com
10. http://nursatwika.wordpress.com
11. http://haarrr.wordpress.com
12. Dan beberapa sumber lain yang tak sempat disebutkan.

Bersambunga Part II
Ajian Pelet Jaran Goyang

Diposting oleh On 16.40 with 3 comments

Daripada bengong sore sore gini. aku tiba tiba keingat ama ajian pelet jaran goyang, aji aji ini bisa dipercaya bisa tidak. hanya sebuah mantra yang kuingat dari sebuah buku kuno. dan masih hafal sampai sekarang. aji aji ini biasa dipakai untuk memikat lawan jenis. agar dalam pikirannya yang diingat hanya kita. hehehe..buat yang pingin coba gak ada salahnya. tapi semua itu dikembalikan lagi kemaha kuasa Allah SWT.

" Niat ingsun matek aji, ajiku jaran goyang, rohmu mati ( si.....bin.........)
Rohku mati. tak jaluk tekamu koyo wong edan. lan laliyo marang kuwajiban
Rino lan wengi ilingo marang aku. ojo turu tutu lik hurung turu karo aku,
ojo mangan - managn lik hurung mangan karo aku, ojo meneng - meneng lik nangis, lik hurung aku sing ngenengno. edan edan saking kersane Allah ta'ala."

NB: Lakune Poso Mutih 4 hari / 7 Hari hari keempatnya/ terakhir Poso Pati Geni.

Buat yang mau coba siulahkan...jangan bosan bosan mampir dulur.

WPDealer 728x90