Pemakaman Amrozi Cs Tanpa Tangis
LAMONGAN�Tiga terpidana mati, Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra, tegar saat menghadapi 12 personel regu tembak Brimob Polda Jateng. Mereka menjemput maut tanpa penutup mata dan diikat di tiang eksekusi.
Eksekusi yang dilaksanakan di Lembah Lebay�dua kilometer dari Lapas Batu Nusakambangan� usai hujan mengguyur Ahad (9/11) sekitar pukul 00.15 WIB dini hari itu pun diwarnai keharuan. Sejumlah orang yang mengikuti eksekusi, antara lain ulama, dokter, dan jaksa, trenyuh melihat tiga terpidana mati tersebut. Begitu peluru tajam 5,6 milimeter yang dilepaskan regu tembak Brimob melesak tepat ke arah jantung, mereka terjengkang. Sebentar kemudian ambruk.
�Mungkin mereka masih menganggap bukan sebuah eksekusi tapi benar-benar menghadapi lawan di medan jihad,� kata sebuah sumber.
Kapuspenkum Kejaksaan Agung, M. Jasman Panjaitan, saat jumpa pers di Gedung Kejagung, Jakarta, kemarin, membenarkan, ketiga terpidana langsung meninggal begitu peluru menembus jantung mereka. Sedang soal alasan tak mau diikat dan ditutup matanya, kata Jasman, almarhum tidak memberikan alasan. �Atas permintaan terpidana mati mereka tidak mau ditutup mata saat dieksekusi. Terpidana mati juga tidak melakukan perlawanan,� kata Jasman.
Setelah itu, pukul 01.00 WIB, ketiga jenazah dibawa ke poliklinik Nusakambangan untuk diotopsi. Ketiganya dimandikan dan dikafani oleh pihak keluarga yang diwakili Ali Fauzi. Kain kafan juga disediakan oleh pihak keluarga. Setelah itu jenazah disalati di Masjid LP Nusakambangan.
Pukul 05.45 dilakukan serah terima jenazah dari petugas Kejaksaan kepada pilot yang membawa jenazah yang kemudian diserahkan ke pihak keluarga. Lalu tiga helikopter diberangkatkan dari Nusakambangan. Satu heli membawa jenazah Abdul Azis alias Imam Samudra menuju Serang, Banten. Dua heli menuju Lamongan. Satu heli membawa jenazah Amrozi dan Ali Ghufron alias Muklas dan satu lagi membawa keluarganya.
Pukul 08.30 helikopter yang membawa Imam Samudra mendarat di Serang dan diserahterimakan kepada keluarga yang diwakili oleh Abu Setiawan. �Pukul 08.55 jenazah Amrozi dan Muklas mendarat di kampung halamannya di Lamongan, Jawa Timur,� kata Jasman.
Jasman mengatakan Amrozi Cs tidak menyampaikan pesan khusus sebelum ditembak mati. �Mereka tidak menyampaikan pesan apa pun,� katanya.
Jasman juga memaparkan bahwa kejaksaan sebelum eksekusi telah menemui pihak keluarga Imam Samudera lewat Kejaksaan Tinggi Banten dan keluarga Amrozi-Ali Ghufron ditemui pihak Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Jenazah para terpidana mati tersebut telah diserahterimakan dari kejaksaan kepada pihak keluarga. Saat serah terima jenazah, kata dia, pihak keluarga sangat kooperatif. �Kami sangat menghargai sikap kooperatif dari pihak keluarga,� katanya.
Tanpa Tangis
Suasana pemakaman Amrozi dan Muklas tak diwarnai hujan tangisan. Yang ada hanya takbir. Sejak pagi, ribuan warga, baik dari Solokuro maupun daerah lain, mengalir ke tanah kelahiran Amrozi. Mereka hendak melihat dari dekat jenazah pelaku pengeboman di Bali ini dipulangkan ke kampung halamannya.
Sebagian mereka membanjiri lapangan sepakbola Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren dan sebagian lagi langsung ke Desa Tenggulun. Karena ada larangan kendaraan masuk ke dalam Desa Tenggulun, pengendara mobil harus berjalan kaki sekitar 3 km dan penumpang roda dua harus berjalan sekitar 1,5 km.
Lapangan ini sudah steril sejak malam hari lengkap dengan police line pada tepian lapangan bola. Sejumlah pasukan kepolisian, termasuk Brimob, lengkap senjata api (senpi) laras panjang, siap di luar police line. Tampak hadir di tempat ini, Bupati Masfuk, Kajari Irnensif SH, Ketua DPRD Lamongan H. Makin Abbas, Kapolwil Bojonegoro Kombes Pol Noer Ali, dan Kapolres Lamongan AKBP Iman Suyiti.
Sekitar pukul 08.55, helikopter dengan kode nomor P 3001 mendarat di tengah lapangan. Dua mobil ambulans masuk lapangan untuk mengangkut jenazah Amrozi dan Muklas. Sebelum dibawa pulang, dilakukan penandatanganan serah terima jenazah oleh Kasi Pidum Kejaksaan Negeri Lamongan dan atas nama keluarga dipercayakan ustadz Chozin, saudara tertua Amrozi dan Muklas.
Dua jenazah kemudian dibawa ke Desa Tenggulun, sekitar3 km dari Desa Bulubrangsi dengan membentuk iring-iringan mobil. Rombongan Muspida berada di depan, dua ambulans dan mobil Brimob dan terakhir mobil ambulans cadangan.
Ribuan warga, termasuk penonton dan pelayat, memadati Desa Tenggulun. Desa ini semakin sesak, ketika iring-iringan pembawa dua jenazah pelaku bom Bali I tiba. Pekik takbir terus berkumandang dari pendukung duo Tenggulun ini, begitu jenazah tiba dan dibawa ke dalam rumah Ny Tariyem, ibu mereka. Saat jenazah dibawa masuk rumah, tidak terdengar isak tangis.
Pihak keluarga yang bertugas menyambut kedatangan dua jenazah bekerja ekstra ketat. Mereka tidak membiarkan para wartawan dan pengunjung mengambil gambar dan melihat jenazah, yang menurut pendukungnya sebagai pejuang Islam ini. Sejumlah pengunjung tidak lepas dari amukan dari pihak keluarga. Begitu juga warga dan wartawan yang coba-coba mengabadikan gambar almarhum, dipastikan berurusan dengan tim yang bersikap keras ini.
Tidak ada yang bisa melihat prosesi di dalam rumah duka. Tapi menurut keterangan sejumlah kalangan, keluarga tidak diperkenankan membuka kain kafan, pembungkus dua jenazah ini, terkecuali hanya bagian wajah. Sebab, saat dua jenazah dimandikan dan dikafani di Nusakambangan, juga sudah disaksikan adiknya, Ali Fauzi.
Setelah dari rumah Ny Tariyem, dua jenazah disalati di masjid Baitul Muttaqien, sekitar 50 meter di sebelah kiri rumah Ny Tariyem. Sesuai wasiat almarhum yang dibacakan ustadz Ja�far Shodiq, kakak mereka, agar imam salat jenazah mereka adalah (tokoh) yang diharapkan saat itu. Dari wasiat ini, keluarga menentukan ustadz Abu Bakar Baasyir sebagai imam. Tapi sayang, saat ditunggu beberapa lama, ternyata pengasuh ponpes Ngruki Solo ini belum juga hadir. Imam salat jenazah akhirnya dari kerabat almarhum sendiri.
Masih sesuai wasiatnya, setelah dilakukan salat jenazah di Masjid Baitul Muttaqien, jenazah dibawa ke masid Al-Islam, yakni Ponpes milik keluarga almarhum. Ini dimaksudkan, agar teman-teman dan kerabat almarhum yang belum mensalati di masjid, bisa mensalati di masjid Al_Islam.
Tak lama setelah jenazah berada di masjid Al-Islam, Abu Bakar Baasyir dan rombongan tiba. Setelah pengasuh Ponpes Ngruki ini mensalati, jenazah dibawa ke makam, tepatnya di kebun mangga samping desa setempat. Di atas tanah berukuran sekitar 20 m x 100 m milik keluarga ini, sang bomber dikebumikan dengan penjagaan ketat tim keluarga. Di lokasi ini tertempel tulisan berbunyi ��Makam Pejuang Islam�. Ini sekaligus menjawab teka-teki di mana tempat pemakaman Amrozi dan Muklas yang sebelumnya disebut-sebut akan dimakamkan di makam umum desa setempat, makam Sentono dan makam di belakang masjid Baitul Muttaqien.
Tegang
Sementara itu, detik-detik kematian Amrozi dan Muklas, terjadi ketegangan di kelarga Al-Islam. Meski menurut sumber lain Amrozi dan Muklas serta Imam Samudra dieksekusi pukul 00.00 di LP Nusakambangan, namun hingga pukul 00.40, keluarga belum mendapat kepastian. Mewakili keluarga, Ustadz Ashari Dipokusumo, pengasuh Ponpes Al-Ihlas Sedayulawas, Kecamatan Brondong, belum berani memastikan, sebelum mendapat informasi dari Ali Fauzi, sebagai delegasi keluarga ke LP di mana kakak-kakaknya menjalani hukuman dan eksekusi mati.
Sekitar pukul 01.45, dengan tegar ustadz Chozin, kakak tertua Amrozi, mengucapkan, �innalillahi wa innailaihi raji�un�. Ini disampaikan setelah keluarga menerima informasi dari Ali Fauzi. Pekikan takbir pun dikumandangkan. Pada dinihari itu juga dua spanduk dipasang di pagar ponpes setempat yang berbunyi ��Amrozi, Muklas & Imam Samudra Pahlawan Umat Islam�. Satunya lagi berbunyi �� Allahu Akbar, Allahu AKbar, Allahu Akbar Selamat datang Syuhada�. Insya Allah,�.
Tim Pembela Islam (TPM) yang hadir di Tenggulun saat dini hari itu tidak mau berkomentar masalah hukum terkait klien mereka. Dalam kondisi seperti itu, pihaknya hanya mau menyampaikan soal pemakaman almarhum. ��Ada langkah-langkah, ada peluang, tapi dalam situasi seperti ini jangan tanya dulu,� katanya.
Situasi di daerah ini aman. Namun demikian tetap dijaga ketat. Sebanyak 1.500 anggota kepolisian, termasuk Brimob, menjaga pemakaman dua terpidana mati. Sekitar pukul 05.00, sempat terjadi ketegangan antara pendukung Amrozi dan petugas kepolisian. Ini karena mobil rombongan pendukung Amrozi dilarang masuk ke Desa Tenggulun. Maksud polisi, agar tidak terjadi kemacetan di jalan desa menuju Desa Tenggulun. Tapi, ketegangan ini bisa cair dengan tetap pelarangan mobil masuk ke Desa Tenggulun, setelah kedua belah pihak bisa memahami.
Dipayungi Mendung
Dari Serang dilaporkan cuaca mendung sejak pagi hingga siang mewarnai proses pemakaman Imam Samudera di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lopang Gede, Kota Serang, Ahad kemarin. Proses pemakaman jenazah Imam Samudera di TPU Lopang Gede RW 01, Kelurahan Lopang, yang berlangsung mulai sekitar pukul 10.00 WIB itu dihadiri ribuan warga dan simpatisan yang penasaran ingin menyaksikan langsung prosesi pemakaman.
Tidak hanya itu, ratusan simpatisan Imam Samudera dari berbagai organisasi Islam, seperti Laskar FPI, FUI, MMI dan sejumlah ormasi Islam lain mengawal jenazah dari Masjid Al-Manar, tempat jenazah disalatkan, hingga ke pemakaman. Prosesi pemakaman serta doa dan salat jenazah juga berlangsung beberapa kali di tempat pemakaman, salah satu yang memimpin doa adalah Abu Jibril dari ormas Islam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).
Selain itu, pemakaman Imam Samudera juga dihadiri ibunya, Embay Badriah, isteri Zakiyah serta kedua anak Imam Samudera. Tidak hanya itu, artis dan presenter Dorce Gamalama juga tampak menghadiri proses pemakaman tersebut. Usai pemakaman, sejumlah simpatisan dan kerabat terus berdatangan ke lokasi pemakaman dan rumah ibu Imam Samudera yang berlokasi sekitar 300 meter dari lokasi makam.
Suara takbir dan tahlil sepanjang proses pemakaman terus bergema dan para simpatisan yang kebanyakan memakai rompi dan gamis serta menggunakan ikat kepala itu, tampak bergantian berdoa dan salat jenazah di lokasi pekuburan yang sudah ditanami sepucuk bunga.
�Untuk mengawal dan pengamanan para simpatisan dan kerabat yang akan bertakziyah, selama tiga hari ke depan, PAM swakarsa akan terus dilaksanakan,� kata Ketua RW 01, Lopang, Gede Rosyadi.
Abidin (40) salah seorang penggali kubur untuk pemakaman Imam Samudera, mengatakan, penggalian kubur untuk Imam Samudera dilaksanakan sekitar pukul 01.00 dini hari hingga pukul 03.30 WIB. Penggalian lubang kubur untuk Imam Samudera yang dilakukan sekitar sembilan orang berjalan lancar dan tidak ada hambatan apa pun. �Penggalian dilakukan Minggu dini hari selama kurang lebih 3,5 jam oleh sembilan orang,� katanya. (ka/ag/ara)
1 komentar:
Allohummaghfirlahum, warhamhum wa'aafihi wa'fu anhum
Aamiin Alluhumma aamiin...
Jangan lupa tinggalkan jejak anda disini, mohon jangan memberi spam/sejenisnya. blog ini hanya sebuah coretan kecil saya. Semoga bisa membantu.