“Ya Rasulullah, apakah tidak sebaiknya saya timpakan gunung itu kepada  mereka, “ pinta Malaikat penjaga gunung geram atas hinaan pada  Rasulullah. “Tak usah wahai malaikat, mereka hanyalah orang-orang yang  belum tahu. Semoga Allah membukakan hati mereka pada kebenaran”, jawab  Rasulullah seraya tersenyum. (sikap Rasul dlm menghadapi hinaan dan  celaan orang-orang Thaif)..
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau disini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau disini
Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya surga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu Ya Rasul
Serasa dikau disini
By. Bimbo
“Laqad  kâna lakum fi rasulillah uswah hasanah li man kana yarjullâh wal yawmal  akhîra wa dzakarallâha katsîra”. (Sudah ada bagimu pada diri Rasulullah  teladan yang baik, yakni bagi orang-orang yang mengharap Allah dan hari  akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah)
Dalam QS.  Al-Ahzab, 21 di atas, Allah mewartakan Nabi Muhammad Saw adalah uswatun  hasanah, teladan yang baik. Kisah hidupnya adalah cermin spiritual dan  moral bagi seluruh manusia. Kata dan lakunya menebarkan wangi kebajikan.  Rasulullah adalah teladan. Ia mengajarkan umat manusia bagaimana  bersabar dalam cobaan, menahan hawa amarah, membalas keburukan dengan  kasih sayang.
Setelah Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam wafat,  seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam;  antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para  sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan  dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad!". Umar menangis  mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh  Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan  permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan  apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi  Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan  seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan  sahabat setia Nabi.
Mengapa mereka tak sanggup menceritakan  akhlak Muhammad Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan  seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan  sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak  Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam. Dengan berharap-harap cemas, Badui  ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan  padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku  dapat menceritakan segala keindahan dunia ini...." Ali menjawab,  "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah  berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka,  lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad sallAllahu 'alayhi  wasallam, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad  memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"
Badui  ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi sallAllahu 'alayhi  wasallam yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab,  khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan  Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam itu  bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia  segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan  Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan  menyimak QS Al-Mu'minun [23]: 1-11.
Bagi para sahabat,  masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi  sallAllahu 'alayhi wasallam. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh  akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang  akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan  satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka  dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika  ditanya, bagaimana perilaku Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, Aisyah  hanya menjawab, “Ah semua perilakunya indah.” Ketika didesak lagi,  Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri.  “Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam  selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, ‘Ya Aisyah,  izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.’” Apalagi yang  dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode  tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat  dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.
Nabi Muhammad  sallAllahu ‘alayhi wasallam jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah  ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya.  Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat  suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, “Mengapa engkau tidur di  sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku  khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah  sebabnya aku tidur di depan pintu.” Mari berkaca di diri kita  masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi  sallAllahu ‘alayhi wasallam mengingatkan, “berhati-hatilah kamu terhadap  isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya.”  Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat,  mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.
Buat sahabat  yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat  datang ke Majelis Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Tempat sudah penuh  sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak  ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul  sallAllahu ‘alayhi wasallam memanggilnya. Rasul sallAllahu ‘alayhi  wasallam memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul  sallAllahu ‘alayhi wasallam pun melipat sorbannya lalu diberikan pada  sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut  dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak  menjadikannya alas duduk akan tetapi malah mencium sorban Nabi  sallAllahu ‘alayhi wasallam tersebut.
Senangkah kita kalau orang  yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita  bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau  mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka  cita. Begitulah akhlak Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam, sebagai  pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah  diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil  sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.
Dalam suatu  kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam  berkata pada para sahabat, “Mungkin sebentar lagi Allah akan  memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian  yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang  keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!” Sahabat yang lain  terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata,  “Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kau  meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau  sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini.” Para  sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti  itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap “membereskan” orang itu.  Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam pun melarangnya. Nabi sallAllahu  ‘alayhi wasallam pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah beliau.  Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam  keheranan ketika Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam meminta tongkat.  Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin  heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua  yang Rasul sallAllahu ‘alayhi wasallam berikan pada mereka.
Rasul  memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan  bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.  Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam berkata, “Lakukanlah!”
Detik-detik  berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan.  Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam  dan memeluk Nabi seraya menangis, “Sungguh maksud tujuanku hanyalah  untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku  ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah”. Seketika itu juga  terdengar ucapan, “Allahu Akbar” berkali-kali. Sahabat tersebut tahu,  bahwa permintaan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam itu tidak mungkin  diucapkan kalau Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tidak merasa bahwa  ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin  dekat, ia ingin memeluk Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam sebelum Allah  memanggil Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam ke hadirat-Nya.
Suatu  pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya  merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan  sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul sallAllahu ‘alayhi  wasallam pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau  sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas  nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran  umat manusia?
Nabi Muhammad telah mengajarkan kita akan kesabaran  dan kasih sayang. Sebab, cahaya Islam akan tersingkap dengan tingkah  laku dan kata yang baik. Islam adalah rahmatanlil’alamin, Islam akan  bercahaya dengan umatnya yang meneladani Manusia Terbaik di muka bumi  ini. Kata kotor, laku kasar, caci maki dan benci justru akan menjauhkan  manusia dari cahaya Islam. Kita seyogyanya malu, jika cahaya Islam itu  terhalang oleh perilaku kita yang tidak mencontoh Nabi Muhammad SAW..
Ada beberapa petuah Rasul yang penuh hikmah;
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
1.  Barangsiapa yang MENGHILANGKAN KESULITAN HIDUP yang dialami oleh  seorang mukmin di DUNIA niscaya Allah akan LEPASKAN darinya beban  KESULITAN HIDUP pada hari KIAMAT.
2. Barangsiapa yang MERINGANKAN  beban orang yang KESULITAN untuk MELUNASI HUTANGNYA maka Allah akan  berikan KERINGANAN baginya di DUNIA dan di AKHIRAT.
3. Barangsiapa yang MENUTUPI KEBURUKAN seorang muslim maka Allah akan MENUTUPI KEBURKANNYA di DUNIA dan di AKHIRAT.
4. Allah senantiasa MENOLONG seorang hamba selama dia mau MENOLONG saudaranya.
5. Barangsiapa yang menempuh suatu JALAN dalam rangka MENCARI ILMU maka Allah akan MUDAHKAN baginya JALAN menuju SURGA.
6.  Tidaklah suatu kaum berkumpul di dalam salah satu rumah Allah dengan  MEMBACA KITABULLAH di dalamnya dan SALING MEMPELAJARINYA di antara  mereka melainkan akan turun kepada mereka KETENANGAN dan KASIH SAYANG  akan meliputi mereka serta para MALAIKAT akan meliputi mereka, Allah  juga akan MENYEBUT0NYEBUT mereka di hadapan para malaikat yang ada di  sisi-Nya.
7. Barangsiapa yang LAMBAT AMALNYA maka tingginya garis keturunannya tidak bisa MEMPERCEPAT PAHALA amalnya.”
(HR. Muslim dalam Kitab ad-Dzikr wa ad-Du’a wa at)
Pada  Hari Jum’at lalu kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Moment  tersebut tentunya akan mengingatkan kita kembali dan menambah kecintaan  kita kepada Rasulullah, Namun kalau betul-betul mencintai Rasulullah  tentunya bukan hanya mencintai Rasulullah di hari maulid saja melainkan  ia mencintai Rasulullah setiap saat, karena Rasulullah ada di dalam  hatinya. Karena itulah, di mana pun ia berada, maka ia akan selalu  mengingat Rasulullah dan mencontoh seri tauladan beliau..
Disamping itu kita diharafkan tuk memperbanyak shalawatnya kepada Rasulullah.
Sabda Rasulullah:
Perbanyaklah umatku untuk bershalawat kepadaku kalau berharap untuk mendapatkan syafaatku.
Ada seorang sahabat Rasulullah yang bertanya kepada Rasulullah:
“Ya  Rasulullah, saya suka berzikir dan berdoa, serta mengerjakan  amalan-amalan lainnya. Berapa banyakkah seharusnya saya mengkhususkan  bershalawat kepadamu? Apakah seperempat waktu zikir saya khususkan untuk  bershalawat kepadamu?”
Rasulullah mengatakan, “Boleh, kalau kamu tambah lagi, maka itu baik buatmu.”
”Ya Rasulullah, saya mengusahakan setengah waktu untuk bershalawat kepadamu.”
”Itu baik. Tapi jika kamu menambah lagi, maka itu baik untukmu.”
”Ya Rasulullah, saya bershalawat kepadamu setiap saat dan setiap waktu.”
Kata  Rasulullah,”Kalau kamu mengisi waktu banyak bershalawat kepadaku, maka  Allah akan mengangakat kesusahan dan kesulitanmu, dan Allah akan  menghapuskan dan mengampuni seluruh dosamu.” (H.R. Thabrani, Baihaqi,  dan Imam Ahmad dalam musnadnya).
Catatan: tulisan ini disadur  dari berbagai sumber, tidak ada maksud lain, melainkan semoga  bermanfaat, mohon maaf dan koreksinya jika ada kesalahan, akhirnya  semoga kita selalu ada dlm Rahmat, berkah serta lindungan Allah SWT  amiin...
 

Jangan lupa tinggalkan jejak anda disini, mohon jangan memberi spam/sejenisnya. blog ini hanya sebuah coretan kecil saya. Semoga bisa membantu.